Habib Abdurrahman Al-Jufri adalah seorang Waliyullah yang termasyhur memiliki beberapa karamah yang luar biasa. Suatu hari, beliau berkunjung ke sebuah lembah yang dihuni oleh penduduk yang kekurangan air. Penduduk disana minta beliau berdo’a agar sumur-sumur mereka terisi air. Maka Habib Abdurrahman pun berdo’a dengan khusyu’. Dan seketika itu juga keluarlah air dari semua sumur. Tak lama kemudian kawasan tersebut menjadi subur.
Ulama ini lebih dikenal dengan nama Habib Abdurrahman Maula Arsyih. Sejak kecil beliau belajar langsung dari ayahandanya dan sejak remaja hafal Al-Qur’an seperti para ulama yang lain. Beliau juga banyak menimba ilmu dari para uilama besar di Hadramaut, kemudian melanjutkan pengembaraannya ke beberapa kota, sampai akhirnya mengaji di dua kota suci, Mekah dan Madinah.
Ketika berada di Inat, Hadramaut, beliau menjadi murid kesayangan Syekh Abu Bakar bin Salim. Bahkan dalam sebuah kesempatan, Syekh Abu Bakar bin Salim membuat pernyataan :
“Abdurrahman adalah anakku. Aku telah memperhatikannya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Kelak, bila ia telah lahir, aku akan memberikan setengah dari maqamku, sementara ucapannya adalah rohku, roh Abdurrahman Al-Jufri.”
Keluarga Syekh Abu Bakar bin Salim juga menghormati dan menyayanginya. Mereka bahkan mengibaratkan habib Abdurrahman sebagai “Singa yang gagah. Giginya kuat, do’anya mustajab dan mustajab dan karamahnya banyak”. Salah satu karamah Habib Abdurrahman ialah cintanya yang begitu besar kepada gurunya. Ibaratnya beliau akan merasa sakit apabila gurunya sakit.
Ketika sedang terbaring di atas tempat tidur karena sakit, Syekh Abu Bakar bin Salim bertanya kepada beberapa muridnya yang duduk di sekitar pembaringan,
“Dimana HabibAbdurrahman berada?”
Saat itu Habib Abdurrahman masuk ke dalam kamarnya, dan Syekh Abu Bakar bin Salim meneteskan air mata. Beliau lalu menyerahkan sebuah mushaf Al-Qur’an, baju gamis dan tongkat kesayangannya, sambil mengusap-usap kepala dan dada Habib Abdurrahman.
Kemudian beliau berdo’a supaya Habib Abdurrahman mendapat berkah dari Allah SWT,
“Semoga Allah SWT mengakhirimu dan keturunanmu dengan sa’adah, kebahagiaan. Wahai Abdurrahman, aku tidak akan melupakanmu, dan telah membagikan kepadamu rahasia ilmu; juga kepada keturunanmu, dengan sepenuh barakah kepada keluarga dan keturunanmu”.
Demikian terungkap dalam dalam kitab Masyarur Rawi fi Manakib Al-Ba’alawi.
Habib Abdurrahman juga dikenal sebagai mubalig yang berani. Selain itu, dia juga gemar beramal saleh kepada semua golongan. Para tamu yang dating ke rumahnya, siapa pun dia, selalu dijamu dengan hidangan yang enak. Barangkali itu sebabnya banyak tamu yang dating dari berbagai penjuru. Terutama karena, ketika mereka minta di doa’kan, doa’nya selalu makbul.
Salah satu peninggalannya yang sampai sekarang selalu diziarahi ialah sebuah masjid yang terletak di samping kubah maqamnya di Tarim. Suasana masjid itu sangat mempesona dan berwibawa, mampu menggetarkan hati para jema’ah yang shalat di dalamnya. Di masjid yang kini mulai dibangun kembali itu, banyak ulama biasa beriktikaf.
Usai menunaikan ibadah haji, beliau lalu mengaji di Madinah selama tujuh tahun bersama Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Ketika belajar, mereka hidup sangat perihatin. Setiap hari mereka mengumpulkan kayu baker dan menjualnya. Atas ketekunan dan ketabahan mereka, konon Nabi Khidir dating menemui mereka. Dalam penampakan itu, Nabi Khidir berkata:
”Kalian jangan tinggal lagi di Madinah, karena sudah tampak pada kalian cahaya pemimpin Mekah. Ia mempunyai anak perempuan yang tidak bisa berdiri atau berjalan, kecuali duduk di tempat tidurnya. Mereka akan berobat kepada kalian.”
Setelah Nabi Khidir pergi, datanglah seorang pemimpin Mekah bersama anak perempuannya kepada Habib Abdurrahman, yang kemudian memberinya pakaian sambil berkata :
“Pakailah pakaian ini, mudah-mudahan Allah SWT memberi kesembuhan kepada anak perempuanmu,”
Setelah memakai baju tersebut, tak lama kemudian anak perempuan itu sembuh dan dapat berdiri, dapat berjalan seperti layaknya orang sehat.
Mengenai karamah-karamahnya, beliau menyatakan :
”Karomah yang paling besar ialah istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT.” “Jangan heran pada orang yang bisa berjalan sangat cepat di bumi, atau bisa terbang di udara, atau berjalan di atas air. Karena sesungguhnya setan juga bisa melakukannya.”
Setiap kali Habib Abdurrahman mendo’akan seorang pasien, atas izin Allah SWT sang pasien tidak merasakan sakit sedikit pun. Bahkan gurunya, Syekh Abu Bakar bin Salim, memerlukan datang kepadanya untuk berobat juga.
Karamah yang luar biasa itu juga tampak dari ketekunan Habib Abdurrahman ketika mempelajari tiga buah kitab karangan gurunya. Syekh Abu Bakar bin Salim. Suatu malam, datanglah beberapa ekor tikus menggondol kitab-kitab tersebut. Beliau langsung berdo’a. dan seketika itu juga berjatuhanlah tikus-tikus itu, mati. Setelah itu tidak ada lagi seekor tikus pun di rumahnya.
Demikian juga ketika muncul wabah belalang yang menyerang tanaman di sebuah desa. Untuk membantu para petani, beliau berdo’a mengusir belalang tersebut. Sejak itu tak ada lagi belalang yang mengganggu para petani.
(Dikutip dari Majalah Al-Kisah No.17/tahun III/15-28 agustus 2005)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment