Nasab Imam Muhammad Maula Ad-Dawilayh
Imam Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Imam Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Orang tua dan saudara Imam Muhammad Maula Ad-Dawilayh
Ayahanda Imam Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilayh adalah Imam Ali Shohibud Dark dan ibundanya Fatimah binti Sa'ad Balayts, seorang perempuan dari alah atu kabilah Arab yang berasal dari kota Inat.
Syekh Muhammad Maula Dawilayh mempunyai saudara yang kesemuanya perempuan dan berjumlah 6 orang, mereka adalah :
1. Syarifah Alwiyah. Istri dari Abu Bakar Al-Wara' bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam.
2. Syarifah Bahiyah. Istri dari Muhammad Asadullah bin Hasan Al-Turobi bin Ali bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam.
3. Syarifah Khadijah. Istri dari Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammul Faqih.
4. Syarifah Aisyah. Ibu dari Muhammad Jamalullail Muqaddam Turbah Ghosam.
5. Syarifah Zainab. Ibu dari Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammul Faqih.
6. Maryam.
Istri dan Anak-anak Imam Muhammad Maula Dawilayh.
Beliau memiliki dua orang istri. Mereka :
1. Hababah Aisyah binti Abu Bakar Al-Wara bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam. Dari Hababah Aisyah, Syekh Muhammad Maula Dawilayh mempunyai 4 orang anak, yaitu :
• As-Syekh Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts Abdurrahman Assegaff
• As-Sayyid As-Sholeh Ali.
• As-Sayyid Al-Arif billah Abdullah
• Hababah AlWiyyah.
2. Hababah Zainab binti Hasan At-Turobi bin Ali bin Sayyidina Al-Faqih Al- Muqad-
dam. Dan mendapat anak bernama Sayyidina Al-Imam Alwi An-Nasik.
Imam Muhammad Maula Ad-Dawilayh, seorang ulama besar yang hafidz ( hafal Al-Qur'an ) lahir pada tahun 705 H / sekitar tahun 1285 M di Tarim Al-Ghonna. Sejak kecil beliau sudah yatim, kemudian diasuh dan dibesarkan oleh pamannya Sayyid Abdullah. Selama diasuh oleh sang paman itulah Sayyid Muhammad mendapat pendidikan agama secara intensif, itulah sebabnya dalam usia remaja beliau sudah menguasai ilmu agama cukup tinggi dan akhlaq yang mulia. Seperti halnya para ulama dan awliya asal Hadramaut, beliau juga suka berkelana ke berbagai negeri untuk beribadah dan menimba ilmu.
Ketika menunaikan ibadah haji, misalnya Sayyid Muhammad bermukim di Madinah untuk belajar ilmu fiqih. Bukan hanya itu, setiap kali mempelajari ilmu syari'at, beliau selalu mengamalkannya. Maka wajarlah jika di masa tuanya, beliau mendapat kemuliaan dari Allah swt, sebagaimana para ulama besar lainnya.
Memang, beliau adalah ulama yang tawadhu' dan banyak melatih diri dengan berbagai jenis ibadah serta amal kebajikan. Beberapa amalan yang beliau lakukan kebanyakan berhubungan dengan hati, sehingga sangat berpengaruh pada akhlaqnya. Begitu tawadhu'nya, sehingga beliau selalu menyembunyikan amal ibadahnya dari pandangan orang lain, bahkan juga dari anggota keluarganya sendiri.
Misalnya, Syekh Muhammad suka mengasingkan diri di padang pasir atau dusun yang tak berpenghuni, karena riyadhah atau tirakat yang luar biasa itulah, beliau banyak mendapatkan karamah dari Allah swt. Belakangan beliau memilih sebuah tempat terpencil untuk berkhalwat di Yabhur, dekat makam Nabi Hud, terutama karena disana terdapat sebuah telaga yang airnya sangat jernih. Disanalah pula beliau membangun sebuah rumah kecil untuk tempat tinggalnya. Karenanya beliau termasyhur dengan gelar "Maula Ad-Dawilayh" dan " Shohib Yabhur".
Tak lama kemudian beberapa pengikutnya datang ikut menghuni kawasan disekitarnya, sehingga lambat laun berkembang menjadi ramai. Pemukiman yang semula hanya terdiri dari beberapa keluarga kecil itu makin lama berkembang menjadi sebuah desa yang maju, dan dikenal sebagai Yabhur Ad-Dawilayh. Ad-Dawilayh sendiri dalam bahasa arab Hadramaut berarti sama dengan Al-'Atiqah ( Merdeka ).
Bagi orang awam, Imam Muhammad Maula Dawilah dikenal sebagai wali yang suka berprilaku aneh. Sesekali beliau mengenakan pakaian compang camping. Adakalanya beliau mendekati penguasa, di lain waktu beliau menjauh dari kaum birokrat dan mendekati rakyat kecil yang tak mampu.
Kelebihannya, beliau sering menjalani hidup dengan berbagai amal ibadah dan kebajikan. Di antaranya bangun di tengah malam untuk shalat Tahajud dan senantiasa berpuasa. Konon Sayyid Muhammad hamper selalu melakukan shalat shubuh dengan Wudhu sejak waktu isya, kebiasaan yang berjalan selama 20 tahun. Beliau juga membiasakan berpuasa selama 40 hari berturut-turut di musim panas.
Mengenai karamah dan kedekatannya dengan Allah swt, beliau pernah mengungkapkan sebuah kiasan yang sangat indah :
"Aku biasa menyebut Allah swt dengan lisan dan hati. Kemudian, bentuk-bentu huruf yang terucap dengan lisan itu lenyap, dan yang tersisa hanyalah cahaya yang memancar di dalam hati hingga sampai ke hadirat Allah swt."
Bukan hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga seorang penyair yang sangat piawai merangkai kata. Beliau sering menyampaikan nasihat dalam bahasa yang indah. Misalnya :
"Sesungguhnya aku tidak takut miskin, sebab yakin bahwa karunia Allah lebih dekat dari yang di tanganku. Sesungguhnya aku tidak membenci kematian, sebab yang membenci kematian berarti membenci bertemu dengan Allah swt. Aku tidak pernah membenci tamu, meskipun tidak memiliki sesuatu yang dapat aku hidangkan."
Suatu hari ketika Imam Muhammad Mawla Dawilayh hendak tampil sebagai imam shalat di masjid Ba' Alawi, beberapa orang mencegahnya salah seorang di antara mereka berkata; "Engkau seorang Arab dusun, tidak pantas menjadi imam!"
Usai mengimami shalat, dengan tenang dan santun beliau menguraikan sebuah surah Al-Qur'an dengan cara yang sangat mempesona. Hal itu membuat para Jamaah sadar bahwa beliau memang ulama yang berilmu.
"HAL" dan Karomah Imam Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilayh.
• Wali Shohibul Ahwal
Imam Muhammad Maula Dawilayh dikenal sebagai seorang Wali Shohibul Ahwal, dikarenakan itulah banyak kejadian luar biasa seputar hal beliau ini. Secara sederhana, Hal bisa diartikan dalam bahasa modern adalah reaksi kimia dari resonansi hati yang merupakan efek langsung dari aktifitas yang sangat tinggi dari setiap faktor ataupun unsur batin secara menyeluruh ( dari ibadat ) yang telah sempurna, secara intens dalam waktu yang bersamaan. Disebabkan setiap faktor tadi telah mencapai intensitas maksimum yang lalu terjalin menjadi satu dalam ( sifat ) hal yang sedang dialami kemudian berproses lebih lanjut menimbulkan reaksi metafisika yang tervisual menjadi sesuatu yang terlihat luar biasa, sebagai tanda "benarnya" aktifitas hal itu sendiri. Nilai "benar" disini menjadi penting sekali bila dikaitkan dengan benar tidaknya "penempatan" didalam kosmos hati, sebagai perbedaan yang mana timbul dari sifat manusiawi ataukah Rabbany ( berasal dari Allah swt ). Karena hal timbul semata karena berasal dari Allah swt bukan karena sebab lain seperti sifat manusia secara psikologis.
Merupakan kesepakatan di kalangan Wali bahwa asas hal adalah Mahabbah ( cinta Allah dan Rasul Allah swt ), maka bila benar Mahabbah-Nya, benar pula hal-nya, ketiadaan Mahabbah tadi menafikan hal. Sebagai contoh yang paling mudah dari hal awam, adalah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat dari dosa besar, mustahil tidak merasa sedih, takut ataupun malu bilamana teringat dengan perbuatannya, baik itu dikala ia menghadapkan dirinya kepada tuhannya ketika sholat ataupun bermunajah, mestilah ia menangis, dikarenakan takut ( khauf ) dan pengharapan ( Roja' ) akan rahmat Allah swt ( takut dan pengharapan disini adalah hal ). Menangis, hanyalah bentuk visual, dalam contoh hal ini "penyesalan yang mendalam" adalah pemicunya. Seperti inilah contoh cikal bakal apa yang disebut hal. Logisnya bilamana hal ini terjadi pada diri seorang Wali tentulah kadar hal nya pun akan jauh lebih tinggi sekali dan visualnya sangat luar biasa. Berbeda dengan "Maqom", hal tidak bersifat permanen, hanya bersifat sementara, selama aktifitas dari hati berlangsung.
• Jari-jari yang terbakar.
Al-Faqih As-Sholeh Muhammad bin Abdullah bercerita :
"Kami sering melihat di jari dan di anggota tubuh yang lain pada diri Syekh Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilayh ada bekas hitam seperti bekas terbakar, tanda seperti ini selalu kami dapati hingga beliau wafat, dan tanda ini sering muncul apabila beliau dalam keadaan hal Khauf.
Syekh Abdurrahman Assegaff juga meriwayatkan sebagian hal ayahnya ( Syekh Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilayh ) : ada bekas hitam seperti bekas terbakar, tanda seperti itu selalu kami dapati hingga beliau wafat. "Bilamana ayahku sedang membaca satu ayat AL-Khauf, maka lidah beliau seolah-olah menjadi bara. Dan tak lama kemudian akan terlihat bibir beliau terbakar, karena dahsyatnya rasa Khauf beliau kepada Allah swt. Dan ayahandaku pernah berkata kepadaku : "Kalau sekiranya lidahku berada diluar badanku ketika aku sedang membaca ayat Al-Qur'an niscaya akan aku bakar lidahku dengan tanganku sendiri sebagai peringatan bagi diriku sendiri agar bertaqwa kepada Allah swt." Dan bilamana beliau sedang membaca Al-Qur'an tersebut, Kami ( Anak-anak As-Suekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh )ambil, beliau pun tidak akan sadar, karena kekhusukan yang tinggi dalam membaca Al-Qur'an.
• Darah yang membeku.
As-Syekh Abdurrahman As-Segaff bercerita : "Sekali Waktu ayahandaku mendapatkan Hal dan Hal ini berlangsung lama ampai 7 hari berturut-turut sehingga membuat beliau kepayahan. Di tubuh beliau kala itu aku dapati adanya darah hitam, atau bekas lebam kehitam-hitaman. Kalau sekiranya badan ayahandaku tidak kuat, maka hal yang beliau alami tersebut hampir-hampir membunuh ayahku."
"Ketika diriku sedang berada di sisi ayahandaku menjelang wafatnya beliau, aku mendengar suatu suara yang berasal dari dada beliau. Maka terlintas di hatiku keraguan, apakah ini memang kematian seorang sufi. Maka tiba-tiba kedua mata ayahandaku terbuka dan beliau mengkasyaf akan isi hatiku. Beliau berkata : "Sesungguhnya aku melihat buruk sangka di dalam hatimu. Ketahuilah olehmu bahwa suara yang engkau dengar itu berasal dari suara berzikirnya hatiku mengingat Allah swt."
• Imam Muhammad Ad-Dawilayh yang sedang Ghairoh.
Syekh Abdurrahman Assegaf Ra bercerita :
Sekali waktu datanglah rombongan para Sholihin yang ingin berziarah ke makam Nabi Hud As. Tatkala mereka sampai di kota Yabhur, mereka sholat maghrib bersama ayahku. Setelah sholat maghrib mereka pun meneruskan ibadah mereka dengan berbagai amalan sunnah lainnya, yang justru tidak ku mengerti adalah ayahku, beliau malah pergi ke belakang masjid dan bercakap-cakap dengan pembantu beliau.
Imam Muhammad Maula Dawilah lahir di Tarim. Beliau tumbuh dan dibesarkan di sana. Ketika ayahnya meninggal ia masih kecil dan selanjutnya beliau diasuh dan dididik oleh pamannya Syaikh Abdullah. Imam Muhammad Maula Dawilah belajar kepada kaum ulama al-arifin , para fuqaha di Makkah dan Madinah.
Berkata Syaikh Muhammad bin Hasan al-Mualim: "Saya menyaksikan bahwa Syaikh Muhammad Maula dawilah berada dalam kasih sayang Allah swt setelah wafatnya". Suatu hari Syaikh Muhammad Maula dawilah hadir bersama paman dan gurunya Syaikh Abdullah Ba'alawi. Ketika datang waktu shalat, beliau langsung menunaikan shalat tanpa terlebih dahulu mengambil wudhu' dan ketika ditanya kepadanya, Syaikh Muhammad Maula Dawilah berkata: "Demi Allah swt, sesungguhnya saya telah minum dan berwudhu' dengan air di telaga kautsar". Kemudian beliau menggerakkan jenggotnya, maka meneteslah air dari jenggotnya itu. Telaga kautsar adalah salah satu telaga yang berada di surga.
Al-Faqih Ali bin Silim meriwayatkan: Pada suatu hari Syaikh Muhammad Maula Dawilah datang ke rumahnya dan memegang rumah tersebut dengan jari-jarinya. Lalu ia berkata kepada penghuni rumah tersebut: Keluarlah kamu sekalian wahai penghuni rumah. Maka keluar semua yang ada di dalam rumah tersebut. Setelah itu beliau melepaskan tangannya dan menjauh dari rumah itu, maka tidak lama kemudian rumah itu roboh dan semua penghuni rumah tersebut selamat.
Berkata Syaikh Abdurahman Assaqqaf: "Ayahku berkata kepadaku: ketika aku sedang sakit datang dua orang malaikat dengan sebuah bejana dan di dalamnya terdapat sesuatu yang berwarna putih seperti susu, maka aku minum apa yang ada dalam bejana itu sampai habis, rasa cairan yang aku minum lebih manis dari madu. Maka beliau berkata: dari mana cairan ini? Malaikat tersebut menjawab: dari mata air Salsabila.
Sesungguhnya Imam Muhammad Maula Dawilah jika sedang membaca alquran tentang ayat-ayat yang berisi berita peringatan, maka kaku lidahnya, cemas dan terlihat di kedua bibirnya seperti terbakar dan beliau selama dua puluh tahun melaksanakan shalat subuh dengan wudhu' isya. Ketika merasa sesaat lagi akan wafat, beliau melihat Rasulullah saw memakaikannya jubah.
Imam Muhammad Maula Dawilah wafat pada hari Senin tanggal 10 sya'ban 765 H / sekitar 1345 M, jasadnya dimakamkan di kompleks pemakaman para Habib di Zanbal.
Beberapa hari menjelang wafatnya, beliau mengucapkan bait-bait puisi sebagai tanda cinta kepada Rasulullah saw :
"Sesungguhnya setiap rumah yang Tuan tempati tak membutuhkan lampu penerang. Wajah Tuan yang bercahaya adalah hujjah kami, pada hari ketika manusia mendatangkan berbagai macam hujjah."
KELUARGA Imam MUHAMMAD MAULA DAWILAH.
A. Imam Muhammad Maula Dawilah (wafat di Yabhar tahun 766 H), mempunyai 4 orang anak laki-laki:
a.Syaikh Abdurahman Assaqaf
b. Syaikh Ali Ibunya Aisyah bt. Abi Bakar al-Wara'
c. Syaikh Abdullah
d. Syaikh Alwi (ibunya Zainab bt. Hasan Atturabi)
Sedangkan anak perempuannya bernama Alwiyah (istri Ahmad bin Asadullah).
KELUARGA SYAIKH ABDURAHMAN ASSAQAF.
Al-Syaikh al-Imam al-Muqaddam al-Tsani al-Arif al-Rabbani Abdurahman al-Saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H, mempunyai 7 orang anak perempuan:
1. Maryam (saudara kandung syaikh Abu Bakar al-Sakran / ibu Abi Bakar bin Muhammad al-Jufri)
2. Fathimah (saudara kandung syech / ibu Muhammad bin Ahmad bin Hasan al-Wara')
3. Bahiyah (saudara kandung Hasan bin Abdurahman Assaqaf)
4. Asma' (saudara kandung Husein bin Abdurahman Assaqaf)
5. Aisyah (ibu Abdurahman bin Abdullah bin Alwi Maula Dawilah)
6. Alwiyah (ibu Maryam binti Umar, saudara Abu Bakar al-Jufri)
7. Alwiyah (al-Sughro) Sedangkan anak laki-laki dari Syaikh Abdurahman Assaqaf berjumlah 13 orang, yaitu:
1. Syaikh Ahmad (wafat di Tarim tahun 829 H)
2. Syaikh Muhammad (wafat di Tarim tahun 826 H) ibunya Bahiyah bt. Ali b. Abdullah Ba'alawi
3. Syaikh Abu Bakar al-Sakran (wafat di Tarim tahun 821 H)
4. Syaikh Umar Muhdhar (wafat di Tarim tahun 833 H)
5. Syaikh Ali (wafat di Tarim tahun 840 H)
6. Syaikh Alwi (wafat di Tarim tahun 826 H)
7. Syaikh Abdullah (wafat di Tarim tahun 857 H) ibunya Aisyah bt. yahya Qatin
8. Syaikh Syech (wafat di Tarim tahun 837 H)
9. Syaikh Aqil (wafat tahun 871 H)
10. Syaikh Ja'far (wafat tahun 829 H) ibunya Maryam bt. Salim al-Khudaily
11. Syaikh Hasan (wafat tahun 830 H)
12. Syaikh Ibrahim (wafat tahun 875 H) ibunya Uwaisyah bt. Abdillah
13. Syaikh Husin (wafat tahun 892 H) ibunya Fulanah bt. Ba'abid
Dari ketiga belas anak laki-laki Syaikh Abdurahman Assaqaf, 6 orang keturunannya terputus yaitu:
1. Syaikh Umar Muhdhar (wafat ketika sujud pada shalat dzuhur, pada tahun 833 H) anak-anaknya:
a. Aisyah (ibu Abi Bakar al-Adeni)
b. Fathimah (istri Syaikh Ali bin Abi Bakar al-Sakran)
c. Maryam (ibu Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Assaqaf)
d. Alwiyah (ibu Abdullah al-Ghibary)
2. Syaikh Muhammad, anak-anaknya:
a. Zainab al-Kubro
b. Zainab al-Sughro (ibu keluarga Muhammad bin Ali Jahdab)
c. Alwiyah (ibu Hamdun bin Ali)
d. Maryam (ibu Ali bin Ahmad Babirik)
anak laki-lakinya:
a. Alwi (keturunannya terputus)
b. Abdullah (kakek dari Muhammad Imam mesjid Assaqaf)
3. Syaikh Ahmad, anak-anaknya:
a. Fathimah (ibu Muhammad Salithoh bin Abdurahman)
b. Aisyah (ibu Muhammad bin Abd. Rahman bin Hasan alwara')
c. Alwiyah (ibu Ali bin Abdurahman bin Ali bin Assaqaf)
d. Bahiyah (ibu dari anak perempuan Alwi bin Ahmad Ba'umar)
e. Fulanah (Ummu al-Kubro)
4. Syaikh Ja'far, anak lakinya bernama Abdullah (keturunannya terputus)
5. Syaikh Hasan mempunyai seorang anak perempuan.
6. Syaikh Syech (tidak kawin )
Sedangkan anak laki-laki Syaikh Abdurahman Assaqaf yang mempunyai keturunan, yaitu:
1. Syaikh Abu Bakar al-Sakran. Anak perempuannya:
a. Bahiyah
b. Fathimah
c. Maryam (ibu Salim bin Muhammad Bahasan)
d. Alwiyah (ibu Fathimah bt Ali bin Muh. al-Ahmar)
e. Aisyah (ibu Muh. al-Kaf bin Ahmad Kuraikarih)
f. Khadijah
g. Zainab (wafat ketika masih kecil)
Anak laki-lakinya:
a.Muhammad al-Akbar (tidak punya keturunan)
b.Hasan (tidak punya keturunan)
c. Syaikh Abdullah Alaydrus
ibunya Maryam bt Ahmad bin Muhammad Barasyid
d. Syaikh Ali bin Abu Bakar al-Sakran
e. Syaikh Ahmad
KELUARGA SYAIKH ALWI bin Imam MUHAMMAD MAULA DAWILAH
Syaikh Alwi bin Syaikh Muhammad Maula Dawilah, wafat tahun 797 H, beliau dikaruniai lima orang anak laki:
1. Alwi
2. Ahmad
3. Abdullah, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Salim
b. Alwi, (keturunannya keluarga Muqaibil di Duan, Dufah, Arsimah)
c. Abdurahman Maula Khailah, (Fajir, seiwun, Jawa, India) wafat di Tarim th 914 Hijriyah, dan Keluarga Bin Sahil Khailah di Tarim.
4. Muhammad, wafat di Tarim tahun 827 H, mempunyai delapan orang anak laki:
a. Alwi
b. Abu Bakar
c. Umar keturunannya terputus
d. Ali
e. Abdurahman
f. Abdullah al-Asghor
g. Abdullah al-Akbar keturunannya di Badiyah Hadramaut, Mispalah.
h. Ahmad shohib Yabhar, mempunyai dua orang anak laki:
1) Sahal, keturunannya:
a. Aal-Zaqhum
b. Aal-Soleh
c. Aal-Fad'aq
d. Aal-Bin Salimin Baiti Hadi
e. Aal-Bin Zein
f. Aal-Baiti Muhammad
g. Aal-Bin Semithon
2) Abdurahman, keturunannya:
a. Aal-Rawas
b. Aal-Dahmah
c. Aal-Bazrinah
d. Aal-Muhdhorom
e. Aal Baiti Hadi
5. Ali al-Inaz, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Muhammad (keturunannya sedikit dan terputus)
b. Husin (al-Husin Mahar, Seihut)
c. Hasan (kakek keluarga Bin Yahya di Masilah)
Sekilas Mengenai Keluarga As Syech Al Imam Yahya bn Hasan Al Alwi Faqih Muqaddam
Silsilah lengkapnya adalah seperti berikut:
As Syech Al Imam Yahya bn Hasan bn Ali bn Alwi bn Muhammad Mauladawilah bn Ali bn Alwi Al Qhuyyur bn Muhammad Faqih Muqaddam bn Ali bn Muhammad Shohib Mirbat ........ bin Muhammad S.A.W.
As Syech Al Imam Yahya adalah generasi ke 25 dari Rasulullah Muhammad S.A.W. As Syech Al Imam Yahya wafat di Tarim mempunyai 4 orang anak yaitu:
I. Aqiel wafat di Habasyi keturunannya terputus.
II. Hasan berputra 2 orang yaitu:
i. Umar terputus.
ii. Muhammad wafat di India berputra Idrus, Idrus berputra berputr 2 yaitu:
• Syaikhan berputra 2 dan terputus
• Hasan wafat di Tarim 1098 H berputra 5 orang yaitu:
1. Salim terputus
2. Awodh keturunannya da di Majalengkah, Cirebon, Solo, Kebumen dan Jakarta,
3. Alwi keturunannya ada di Jawa dan Tarim
4. Ahmad keturunannya ada
5. Syaikhan keturunannya ada di Pekalongan, Jatibarang, Semarang, Magelang, Sindang laut Cirebon, Jokjakarta, dan Sukarejo.
III. Ahmad wafat di Tarim 986 H berputra:
a. Alwi wafat di India berputra Muhammad, Muhammad berputra Abdullah, Abdullah berputra 7 orang yaitu:
1. Musyayech wafat di Aceh keturunannya ada di Dawuan, Pekalongan dan Palimanan.
2. Idrus wafat di Qoroh keturunannya ada di Cirebon, Tegal Gubuk, Pontianak, Surabaya, Arjawinangun, Indramayu, Pekalongan, Ambon dan Gorontalo.
3. Husin keturunnnya di Palembang
4. Muhammad terputus
5. Umar di India keturunannya terputus pada generasi ke 4.
6. Alwi
7. Ahmad keturunannya ada di Pekalongan, Nguling Jawa Timur, Sampang Madura, Bugisdan Cirebon.
b. Aqiel Al Badawi berputra 6 orang yaitu:
1. Ahmad keturunannya ada di Singapora, Terengganu, Jebus dan Mentok Bangka, Kelantan, Idragiri
2. Alwi
3. Idrus keturunnnya di India
4. Abdullah Al Akbar terputus
5. Abdullah terputus
6. Abdurrahman keturunannya ada di Palembang, Toboali Bangka, Wira Desa Bangkalan Madura, Pekalongan, Kutai, Serang Bangka, Jakarta, Makkah, Surabaya Banyuwangi, Malang, Masilah dan Aceh.
c. Syech berputra:
1. Ahmad
2. Shodiq
3. Muhammad wafat di Qoroh keturunannya ada di Indramayu, Jatiwangi, Palimanan, Majalengkah, Kadipaten, Cirebon, Sepanjang Surabaya, Pekalongan, Purwakarta, Sindang laut, Tarim, Mekkah, Masilah, Batu Pahat dan Terengganu.
KELUARGA SYAIKH ALI BIN Imam MUHAMMAD MAULA DAWILAH
Syaikh Ali bin Syaikh Muhammad Maula Dawilah wafat di Tarim tahun 775 H, beliau dikaruniai empat orang anak laki:
1. Muhammad
2. Abud (Abdullah Abud), wafat di Tarim tahun 834 H, keturunannya:
a. al-Syaichon Ba'bud di Makkah
b. al-Ba'bud Kharbasyani di Tarim, Amman
c. al-Zaidan di Pekalongan, Jakarta.
Syech, wafat di Tarim th 813 H, keturunannya: al-Mahjub dan al-Barakat (Makho) Hasan al-Wara', wafat di Tarim tahun 789 H, keturunannya Keluarga al-Hinduan di Di Tarim, Rughoh, Jawa, Ghaizhoh.
( No. 19 / Tahun IV / 11-24 September 2006 )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment