Sunday, January 4, 2009

Syekhul Kabir Abdurrahman bin Imam Muhammad Assegaff

Nasab Syekh Abdurrahman bin Muhammad As-segaff

Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Habib Abdurrahman As-Segaff bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Syekh Abdurrahman bin Muhammad As-Segaff, adalah seorang Ulama besar dan Waliyullah yang lahir di Tarim, Hadramaut, tahun 739 H. Beliau seorang wali yang memiliki karamah luar biasa. Konon, beliau sering bertemu Rasulullah saw dan para Sahabat setiap malam jum'at, Senin dan Kamis, dalam keadaan terjaga. Beliau memang dikenal kuat bermujahadah dengan tidak tidur selama 33 tahun, dan hadir di beberapa tempat penting di Makkah konon dalam waktu yang bersamaan.
Salah satu karamah lain yang juga populer ialah ketika beliau menolong seorang santrinya, Muhammad bin Hasan Jamalullail, yang sedang kelaparan di masjid. Si santri malu mengatakan bahwa perutnya keroncongan. Tapi, rupanya Habib Abdurrahman mengetahuinya. Maka beliau pun lalu memanggil santrinya itu naik ke lantai dua masjid. Ajaib, disana sudah terhidang makanan dan minuman yang lezat.
"Guru, dari manakah makanan ini?" Tanya Muhammad bin Hasan Jamalullail.
"Dari seorang wanita." Jawab Habib Abdurrahman, enteng. Padahal, sepengetahuan Muhammad bib Hasan Jamalullail, saat itu tidak seorang pun yang masuk dalam masjid. Dan seperti halnya kebanyakan wali, Habib Abdurrahman tak mungkin menjelaskan karamahnya.
Beliau memang terkenal kuat beribadah. Setiap malam beliau selalu menunaikan Qiyamul lail, shalat tahajud, cukup lama. Bersama seorang sahabatnya, Fadhl, beliau pernah beribadah di kompleks makam Nabi Hud sampai berbulan-bulan. Bisa dimaklumi jika banyak ulama dan kaum sholihin yang berkhidmat kepadanya. Konon, saran dan pendapat yang beliau sampaikan selalu mengacu kepada isyarat yang beliau terima secara ghaib dari Allah swt.
Karamahnya yang lain ialah berjalan cepat "menembus waktu". Hal itu dialami deorang muridnya, Syekh Abdurrahim bin Ali Khatib. Ketika pulang dari berziarah ke makam Nabi Hud, Habib Abdurrahman menyatakan akan shalat Maghrib di Fathir Rabi'.
Syekh Abdurrahim heran, karena matahari hamper terbenam, sementara Fathir Rabi' masih sangat jauh. Tapi Habib Abdurrahman tetap saja menyuruh Syekh Abdurrahim berjalan terus sambil berdzikir. Tepat pada waktu mereka tiba di Fathir Rabi', matahari mulai terbenam. "Saya yakin, dengan karamahnya matahari bisa tertahan untuk condong sebelum kami sampai di Fathir Rabi'. Atau mungkin perjalanan kami yang sangat cepat." Kata Syekh Abdurrahim.
Suatu hari ketika tengah duduk di depan para murid, tiba-tiba beliau melihat petir menyambar. Lalu katanya, "Majelis ini saya bubarkan, karena sebentar lagi banjir akan melanda lembah ini." Benar, tak lama kemudian banjir bandang memang terjadi. Bahkan beliau juga mampu meramalkan kelahiran salah seorang anaknya.
Ketika mengunjungi salah seorang istrinya yang sedang hamil tua. Habib Abdurrahman menyatakan bahwa anaknya yang akan lahir adalah lelaki, lahir pada hari anu dan meninggal pada hari anu; "Karena itu, kelak tolong bungkus jenazahnya dengan kain kafan ini." Katanya kepada sang isteri. Tak berapa lama, sang istri melahirkan seorang bayi laki-laki pada hari yang telah disebutkan, kemudian meninggal pada hari yang juga telah diucapkan oleh Habib Abdurrahman.
Suatu ketika, beberapa penumpang selamat dalam sebuah perahu yang bocor. Sebagian ada yang beristighasah ( minta tolong ) kepada Habib Abdurrahman dengan menyebut namanya. Tak lama kemudian mereka seperti melihat Habib Abdurrahman menutup lubang perahu dengan kakinya, hingga perahu itu tidak tenggelam. Kisah tersebut didengar pula oleh penumpang yang tidak percaya pada karamah Habib Abdurrahman.
Selang beberapa waktu kemudian, orang yang tidak percaya pada karamah Habib Abdurrahman itu tersesat di perjalanan selama tiga hari. Untunglah, ia teringat pada cerita istighasah para penumpang di perahu yang bocor. Maka ia pun segera beristighasah dengan menyebutkan nama Habib Abdurrahman, dan bernazar jika diselamatkan oleh Allah swt, ia akan patuh kepada Habib Abdurrahman. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki memberi kurma dan air, lalu menunjukkkan jalan keluar.
Pelayan di rumahnya juga pernah mendapat pertolongan berkat karamah Habib Abdurrahman. Suatu hari, dalam perjalanan, si pelayan dirampok; kendaraan dan perbekalannya di rampas. Pelayan itu lalu beristighasah dengan menyebut nama Habib Abdurrahman dengan suara keras. Ketika perampok itu akan merebut kendaraan dan perbekalan, tiba-tiba tangannya kaku, "Aku akan mengembalikan barang-barangmu kalau kamu beristighasah sekali lagi kepada Syekh yang kamu sebutkan namanya tadi."
Pelayan itupun beristighasah mohon agar tangan si perampok sembuh. Maka dengan izin Allah swt, tangan si perampok sembuh, dan kendaraan serta perbekalan pelayan itu dikembalikan.
Ketika pelayan itu pulang, Habib Abdurrahman berkata, "Kalau kamu beristighasah tidak usah dengan suara keras, karena aku juga mendengar suara yang lirih."
Adapun julukan As-Saqqaf berasal dari kata As-Saqfu ( atap ). Disebut "atap" karena ketinggian ilmu agama dan maqamnya melampui Ulama besar di Zamannya. Beliau juga mendapat gelar Syeikh Wadi Al-Ahqaf dan Al-Muqaddam ats-tsani Li As-Sa'adati Ba'alawi ( Al-Muqaddam II setelah Al-Faqih Muqaddam ). Sejak itu julukan As-Saqqaf juga diberikan kepada keturunannya.
Semenjak kecil beliau memang telah mendalami berbagai macam ilmu baik yang berorientasi pada Aql ( akal ) maupun Naql ( referensi agama ). Dari Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Khatib, misalnya, beliau mengaji Al-Qur'an, ilmu tajwid dan qira'at.
Di masa remaja beliau sudah mempelajari kitab At-Tanbih dan Al-Muhadzdzab, karya Abi Ishaq dan kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah serta Al-'Awarif karya As-Samhudi. Kitab lain yang beliau kaji, antara lain, kitab-kitab karya Imam Al-Ghazali seperti Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, Al-Khulashah dan Ihya Ulumuddin. Beliau juga membaca karya Imam Ar-Rafi'i seperti Al-'Aziz Syarh Al-Wajiz dan Al-Muharrar.
Hebatnya, setiap hari beliau mampu menghatamkan Al-Qur'an delapan kali, empat kali di malam hari, empat kali di siang hari. Setiap kali menanam pohon kurma, beliau selalu membaca surah Yaasin. Setelah menanam, beliau membaca satu kali khataman Al-Qur'an untuk setiap pohon. Setelah itu barulah beliau memberikannya kepada putra-putrinya.
Syekh Abdurrahman wafat di Tarim pada hari kamis, 23 Sya'ban 819 H / 1416 M. ketika para pelayat hendak memalingkan wajah almarhum ke arah kiblat, wajahnya berpaling sendiri kea rah kiblat. Jasadnya dimakamkan keesokan harinya, jum'at pagi, di kompleks Pemakaman Zanbal. Beliau meninggalkan 13 putra dan tujuh putri.
Syekh Abdurahman Assaqqaf lahir di Tarim. Beliau tumbuh dan belajar ilmu di Tarim, Gail, Aden dan daerah lainnya serta membagi waktunya antara Tarim, Syibam, Du'an, Barum dan Aden. Ibunya bernama Aisyah binti Abi bakar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang dikuburkan di Qasam. Beliau ialah seorang penghimpun ilmu-ilmu aqli dan naqli yang dipelajarinya dari Syaikh Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, Syaikh Ali bin Salim At-Tarimi, Syaikh Ali bin Said Basolib, Syaikh Abdullah bin Thohir Ad-Duani, Abu Bakar bin Isa Bayazid (shahib Amud), Syaikh Muhammad bin Abi Bakar Ba'abad Asy-Syibami (Imam Abdurahman Assaqqaf mengunjunginya setiap tahun).
Sedangkan murid-muridnya ialah Sayid Muhammad bin Hasan Jamalullail, Abdurahman bin Muhammad Khatib dan anaknya Syaikh Muhammad bin Abdurahman Khatib, Ahmad bin Umar Shahib Masof, Saad bin Ali Madihij, Abdurahman bin Ali Khatib, Abdullah bin Muhammad Basarahil, Abdullah bin Ahmad al-Amudi dan lainnya yang tersebar di penjuru Hadramaut. Beliau adalah seorang mursyid, membangun masjid dan mewaqafkannya, mengeluarkan infaq untuk kaum lemah, janda dan anak yatim setiap hari.
Habib Abdurahman Assaqqag adalah seorang pemimpin para wali al-arifin, seorang waliyullah yang menguasai ilmu ketuhanan yang sempurna, beliau seorang ahli mujahadah, bahkan tidak tidur selama tiga puluh tiga tahun. Ketika ditanya sebabnya, Imam Abdurahman mnejawab: Bagimana aku dapat tidur, bila aku miring ke kanan aku melihat surga dan bila kau miring ke kiri aku melihat neraka. Imam Abdurahman Assaqqaf berkumpul bersama Rasulullah saw dan para sahabatnya di setiap malam Senin, Kamis dan Jum'at sampai beliau wafat. Beliau tidak akan memutuskan suatu hokum sebelum para nabi, sahabat dan auliya' datang kepadanya untuk memutuskan perkara tersebut.
Syekh Abdurahman Assaqqaf membaca alquran dalam sehari semalam delapan kali khatam, empat kali khatam di waktu malam hari dan empat kali khatam di waktu siang hari. Pada siang hari beliau dua kali khatam alquran antara waktu subuh dan dzuhur, satu kali khatam antara waktu dzuhur dan ashar yang dibacanya dalam dua rakaat shalat dan satu kali khatam yang dibacanya setelah waktu ashar. Beliau juga sering beribadah di sisi makam nabi Hud as sampai berbulan-bulan hanya dengan memakan segenggam roti.. Tempat beliau beribadah tersebut masih terpelihara sampai sekarang.
Para wali dan kaum ulama sholihin memberikan penghormatan kepada beliau dan mereka menyaksikan bahwa pada zamannya tidak ada satu orang pun yang dapat melebihi kedudukan beliau dari segala sisi. Mereka juga berkata bahwa anak-anak beliau adalah para wali quthub yang agung.
Syekh Abdurahman Assaqqaf sering membaca kitab al-Wajiz dan al-Muhazzab dan hampir saja beliau hafal isi kitab tersebut. Beliau membaca kitab tersebut kepada gurunya al-Allamah Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau pergi ke Nail dan membaca kitab al-Ihya, Ar-Risalah, al-Awarif kepada al-Faqih Muhammad bin Saad Basyahil dan Syaikh Muhammad bin Abi Bakar Ba'abad. Kemudian beliau pergi ke Aden untuk belajar kepada al-Qadhi Muhammad bin Said Kaban tentang ilmu nahwu dan shorof serta ilmu-ilmu bahasa Arab lainnya. Beliau sangat menguasai ilmu ushul, ma'ani, bayan, tafsir, hadits sehingga mengangkat martabat beliau sebagai seorang guru besar dan ahli ibadah di zamannya. Di samping itu beliau berziarah dan shalat di masjid yang berada di seluruh Tarim pada setiap malam.
Imam Abdurahman Assaqqaf telah mencapai derajat kaum ahli hakikat, beliau telah dipakaikan khirqah yang membentengi dirinya dari tipuan dunia, Allah swt telah menghilangkan sifat cinta dunia dan sifat tercela dari hatinya, sebaliknya Allah swt menggantinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan kesungguhan dalam mengerjakan amalan-amalan hati. Beliau juga seorang petani kurma yang berhasil di Tarim dan Mispalah. Setiap menancapkan satu batang pohon kurma ke tanah, beliau membacakan surat Yasin sampai batang kurma yang akan ditanam habis.
Imam Abdurahman wafat pada hari Kamis tanggal dua puluh tiga Sya'ban tahun 819 hijriyah dan di makamkan pada hari Jum'at pagi.

Kata-kata mutiara Imam Abdurahman Assaqqaf di antaranya:

1. Obatnya hati adalah tidak tergantung pada makhluq.
2. Barang siapa yang tidak mempunyai wirid, maka ia seperti monyet.
3. Barang siapa yang tidak menelaah dan mempelajari kitab ihya, maka ia tidak punya rasa malu.
4. Semua manusia membutuhkan ilmu, ilmu membutuhkan amal, amal membutuhkan aqal, aqal membutuhkan taufiq dan taufiq adalah pemberian Allah swt. Setiap ilmu tanpa diamalkan adalah bathil, setiap ilmu dan amal tanpa iman naik mengawang-awang, setiap ilmu, amal dan iman tanpa cara untuk mengerjakannya ditolak, setiap ilmu, amal, iman dan cara mengerjakannya tanpa sifat wara' maka ia akan rugi.
5. Barang siapa tidak membaca kitab al-Muhazzab, maka ia tidak mengenal kaidah-kaidah madzhab.

Al Imam Al Qutb Abdurrahman Asseggaff wafat di Tarim 819 H, mempunyai 13 orang putra dan 7 orang putri, yaitu:

As Syech Ahmad, wafat di Tarim tahun 829 H. Semua anaknya perempuan yaitu:
1. Syarifah Fathimah.
2. Syarifah Aisah.
3. Syarifah Bahiyah.
4. Syarifah Alawiyah.

As Syech Al Imam Umar Al Muhdhor Al Akbar, wafat di Tarim tahun 833 H, mempunyai 4 orang putri, yaitu :
1. Syarifah Aisyah, ibunda dari As Syech Al Qutb Abubakar Al 'Adni bin Abdullah Al Idrus Al Akbar.
2. Syarifah Fathimah.
3. Syarifah Alawiyah.
4. Syarifah Maryam, serta seorang putra yang wafat dalam usia belia.

As Syech Al Imam Muhammad, wafat di Tarim 826 H, memiliki 2 orang putra dan 3 putri yaitu:
1. Alwi, memiliki anak kemudian terputus.
2. Abdullah, berketurunan kemudian terputus pada generasi ke 7.
3. Syarifah Zainab Al Kubro.
4. Syarifah Zainab As Sughro.
5. Syarifah Mariyam.

As Syech Al Imam Ja'far, mempunyai putra 1 orang dan 2 orang putri yaitu :
1. Abdullah, terputus pada generasi ke 2.
2. Syarifah Alawiyah.
3. Syarifah Fathimah.
As Syech Al Imam Hasan Al Majzdub, wafat tahun 806 H dan mempunyai satu orang putri.
As Syech Al Imam Syech, wafat di Tarim 869 H keturunannya terputus.

As Syech Al Imam Abubakar As Sakran, wafat di Tarim 821 H, mempunyai 6 orang putra dan 7 putri ,mereka adalah:
1. Muhammad Al Akbar, tidak berlanjut.
2. Muhammad Al Asghor, tidak berlanjut.
3. Hasan, tidak berlanjut.
4. As Syech Al Qutb Abdullah Al Idrus Al Akbar, datuk dari pada keluarga Al Idrus.
5. As Syech Al Imam Ali Assakran, datuk dari pada Assegaf Al Waht, Assegaf Al Masyaich, Al Banahsan, Shahabuddin (Al Hadi, Al Masyhur, Az Zhahir), Al Faqih Assegaff (dalam ilmu nasab dipanggil Bafaqih Madinah).
6. As Syech Al Imam Ahmad Assakran, datuk dari pada Assegaf Al Qutban, Assegaf Al Ali bin Abdullah, Al Musawa dan Al Munawar.
7. Syarifah Bahiya.
8. Syarifah Fathimah.
9. Syarifah Maryam.
10. Syarifah Alawiyah.
11. Syarifah Aisyah.
12. Syarifah Khadijah.
13. Syarifah Zainab.

As Syech Al Imam Abdullah, wafat tahun 857 H, mempunyai 13 orang putra yaitu:
1. Husin, terputus pada generasi ke 5.
2. Abdul Kadir, terputus pada generasi ke 2.
3. Abdulwahab, terputus pada generasi ke 3.
4. Umar, terputus.
5. Ahmad, terputus pada generasi ke 3.
6. Muhammad Hamdun, terputus pada generasi pertama.
7. Alwi.
8. Syaich, keturunannya adalah Assegaf Al Fakhir.
9. Abdullah, keturunannya adalah Assegaf Al Agil Assu'udi
10. Hasan, keturunannya Assegaf Al Hasyim.
11. Ibrahim.
12. Abdurrahman, keturunannya adalah As Syech Abubakar bin Salim (Al Hamid, Bin Jindan, Bufteim, Al Muhdhor, Al Khiyed, Al Khamur, Al Haddar), Al bin Agil dan Al Athas.
13. Abubakar Basyameleh, datuk dari keluarga Basyameleh. Keluarga ini tidak ada di Indonesia.

As Syech Al Imam Agil, wafat di Tarim tahun 871 H, keturunannya adalah Al Ba'Aqil dan Assegaf.

As Syech Al Imam Ibrahim, wafat di Tarim 875 H, keturunannya adalah Assegaf Al Baiti.

As Syech Al Imam Ali, wafat di Tarim tahun 840 H, keturunannya adalah Assofie Assegaf.

As Syech Al Imam Alwi, wafat di Tarim tahun 826 H, keturunannya adalah Assegaf Al Ahmad Maulamaryamah (Maula Gheisha dan Bahlega Assegaf).

As Syech Al Imam Husin, wafat di Tarim tahun 892 H, keturunannya adalah Assegaf Al Bahsin dan Al Musawa Bahsin.

Syarifah Maryam, ibu dari As Syech Al Imam Abubakar Al Jufrie datuk dari kelurga Al Jufrie.

Syarifah Fathimah, ibu dari As Syech Muhammad bin Ahmad bin Hasan Al Wara'.

Syarifah Bahiyah, saudara kandung As Syech Al Imam Hasan Al Majzdub

Syarifah Asma', saudara kandung As Syech Al Imam Husin.

Syarifah Aisyah, ibunda dari As Syech Abdurrahman Maulachela bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladawilah.

Syarifah Alawiyah Al Kubro, ibu dari Syarifah Maryam binti Umar Syanah.

Syarifah Alawiyah As Sughro, ibunda dari putra-putra As Syech Muhammad Ar Rakhilah bin Umar bin Ali Ba'mar.

KELUARGA ABDULLAH BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF

Syaikh Abdullah bin Abdurahman Assaqqaf, wafat di Tarim tahun 857 H. Beliau dikaruniai tiga belas orang anak laki, bernama:
1. Husin (anaknya Ali dan Abdullah)
2. Abdul Qadir
3. Abdul Wahab keturunannya terputus.
4. Umar
5. Ahmad
6. Muhammad Hamdun
7. Alwi (kakek al-Maknun di Gail, Surat, Sihir)
8. Syech, kakek dari:
a. Aal-Dhoif di Qasam, terputus keturunannya
b. Aal-Syech bin Umar bin Syech bin Abdullah di Makkah
c. Aal-Abi Bakar bin Muhammad Basyamilah di Zhufar.
d. Aal-Soleh al-Mahjub di Banjarmasin, Tarim.
e. Aal-Fakhir di Palembang.
f. Aal-Bin Syaichon
g. Aal-Bin Ubbad di Qasam
9. Abdullah (nama ayahnya), mempunyai dua orang anak:
a. Syech (keturunannya di Dasinah, Bir Saaduddin)
b. Aqil al-Suudi, kakek dari:
1). Aal al-Suudi di Qasam, Baidho', Yafi', Umman, Jawa.
2). Aal Bin Ibrahim di Tarim, Qasam.
10. Ibrahim, mempunyai dua orang anak:
a. Ahmad al-Kailad, keturunannya di India.
b. Abdurahman al-Qari, keturunannya di Suum, Mispalah (disebut juga al-Ibrahim)
11. Hasan, mempunyai empat orang anak laki, yaitu:
a. Muhammad keturunannya di Habasyah, Qalb.
b. Aqil
c. Alwi (kakek al-Bahasan al-Thowil di Hadidah)
d. Abdullah (kakek al-Bahasan al-Faqis bin Muhammad bin Abdullah bin Hasan, diantaranya al-Hasyim di Tarim, Gurfah, Seiwun, Jawa)
12. Abu Bakar Basyumailah, wafat di Tarim. Mempunyai dua orang anak laki:
a. Ahmad (wafat tahun 916 H. Keturunannya di Habasyah, Buus)
b. Abdullah al-Ahdab (wafat tahun 910 H. Keturunannya di Yaman)
13. Abdurahman (wafat di Tarim tahun 880 H), kakek dari Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah. Salim bin Abdullah, wafat di Tarim tahun 944, mempunyai enam orang anak laki, bernama:
a. Alwi keturunannya terputus.
b. Abdurahman
c. Husin bin Salim, keturunannya di Sawahil dan Madinah.
d. Syech bin Salim, keturunannya di Muza', Yaman. Wafat tahun 978 H.
e. Aqil bin Salim, mempunyai lima orang anak laki:
1). Salim (tidak disebutkan adanya keturunan beliau)
2). Syaichon (keturunannya di Amman, Jawa, Mukalla, India)
3). Muhammad, keturunannya:
a) Aal-Aqil bin Salim di Lisik.
b) Aal-Aqil bin Idrus di Surabaya dan Aden.
4). Zein, keturunannya:
a) Aal-Alwi bin Abdurahman di Lisik, Sawahil, Jawa.
b). Aal-Salim bin Aqil di Lisik dan Jawa
c). Aal-Umar bin Aqil di Madinah.
5). Syaikh Abdurahman, yang dikenal dengan al-Atthas.
f. Syaikh Abu Bakar bin Salim.

KELUARGA AQIL BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF

Syaikh Aqil bin Abdurahman Assaqqaf, wafat tahun 871 H. Beliau dikaruniai seorang anak laki bernama: Abdurahman, dan beliau dikaruniai tiga orang anak laki, bernama:
1. Hasan (wafat tahun 957 H, keluarganya di Hamra')
2. Muhammad al-Mualim Ba'aqil, keturunannya di Jufah, Du'an, Jawa, diantaranya
a. Aal-Saqqaf bin Husin (Jawa, Pekalongan)
b. Aal-Toha bin Umar (Lisik, Jawa)
3. Umar, wafat tahun 967 H. Dikaruniai dua orang anak, bernama:
a. Abdullah (keluarganya al-Ba'aqil di Qaidun, India, Jawa)
b. Abdurahman, keturunannya:
i. Aal-Ahmad bin Abi Bakar (Qaidun)
ii. Aal-Husin bin Toha (Syibam, San'a, Lisik, Makkah, Jawa)
iii. Aal-Idrus bin Ahmad (Madinah, Yaman List, Jawa).

KELUARGA ALI BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF

Syaikh Ali bin Abdurahman Assaqqaf, wafat di Tarim tahun 840 H. Beliau dikaruniai tiga orang anak laki, bernama:
1. Abdurahman
keturunannya sedikit dan terputus.
2. Ahmad
3. Muhammad, mempunyai dua orang anak laki, bernama:
a. Abdullah (keturunannya di Mukalla, Yaman)
b. Abdurahman, mempunyai dua orang anak, yaitu:
i. Ali (kakek keluarga Saqraan di Tarim, Zili')
ii. Umar al-Shafi, mempunyai dua orang anak laki:
a. Muhammad (keturunannya keluarga al-Shafi dan al-Usman di Tarim, India, Siak, Pontianak, Jawa)
b. Toha, wafat di Seiwun tahun 1007 H, mempunyai seorang anak bernama: Umar, wafat di Seiwun tahun 1052 H (dalam umur 63 tahun), anaknya:
i. Abdurahman (kakek Aal-Toha bin Syech, Seiwun)
ii. Toha, wafat di Seiwun tahun 1063, anaknya:
-Umar, beliau dikaruniai seorang anak bernama Muhammad (wafat di Seiwun tahun 1147 H.)
-Muhammad bin Umar bin Toha, mempunyai tiga orang anak, yaitu:
(a) Abdullah (keturunannya di Seiwun, Singapura)
(b) Alwi (keturunannya di Seiwun, Jawa)
(c) Saqqaf (keturunannya di Seiwun, wafat tahun 1195 H, anaknya Alwi bin Saqqaf dan Umar bin Saqqaf)

KELUARGA ALWI BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF

Syaikh Alwi bin Abdurahman Assaqqaf, wafat tahun 826 H. Beliau dikaruniai tiga orang anak laki, bernama:
1. Ali
keturunannya sedikit dan terputus
2. Abdurahman
3. Ahmad shohib Maryamah, wafat di Tarim. Beliau mempunyai dua orang anak laki:
a. Umar (keturunannya di Dasinah), mempunyai anak bernama Ahmad.
Ahmad bin Umar bin Ahmad shohib Maryamah, mempunyai dua orang anak
1) Ali (keluarga al-Qaisiyah di Seiwun, Jawa dan al-Mualim Abduh di Seiwun dan Semarang)
2) Abdurahman bin Ahmad bin Umar, mempunyai tiga orang anak:
a) Syech (keturunannya di Huthoh Az-Zubaidi)
b) Alwi (keturunannya di India, Jufal dan Seiwun)
c) Ahmad Syarif, wafat di Maryamah dan dimakamkan di Tarim.
Keturunannya al-Abdurahman bin Saqqaf, Aal alSaqqaf di Seiwun dan al-Muhammad bin Ahmad di Surabaya)

KELUARGA IBRAHIM BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF

Syaikh Ibrahim bin Abdurahman Assaqaf, wafat di Tarim tahun 875 H. Beliau dikaruniai lima orang anak laki dan hanya tiga orang yang meneruskan keturunannya, yaitu:
1. Ismail, mempunyai dua anak laki, bernama:
a. Alwi (keturunan di Syihir)
b. Syech (wafat di Sihir tahun 950 H), mempunyai tiga orang anak laki:
1) Abu Bakar bin Syech (keturunannya di Sihir, Wahath)
2) Ibrahim (keturunannya di Sihir, Siak dan Jawa)
3) Abdurahman (keturunannya di Dais, India, Jawa, Umman, Sihir diantaranya al-Ahmad bin Umar)
2. Abu Bakar al-Baiti (wafat di Tarim tahun 905 H, keluarganya di India, Jawa Du'an dan Makkah)
3. Abdurahman (keturunannya al-Kuraisyah)

1 comment:

  1. Assalamu alikum Ya Ahlbaith. kaifal haal how are you hope doing well
    Please help me to find the details and make correction for the below ahlbaith SAYYID ALI who came to India and his forefathers below step by step. send me the maximum details that u can collect and give me like their biography maqam place, pictures etc etc.

    0-sayyid Ali who came first to India Kerala- maqam in thangal masjid, taliparamab.kerala, India.
    Bin
    1-sayyid umar-
    Bin
    2-sayyid Hassan –
    Bin
    3-sayyid Ali who is given title al Banahsan-died in hijra 1037 tarim
    Bin
    4-sayyed umar –died in hijra 1007
    Bin
    5-sayyid Hassan -died in hijra 952 or 956 in tarim maqam unknown
    Bin
    6-sayyid shaik Ali bin aboobaker assakran-hijra 895, place unknown
    Bin
    7-sayyed aboobaker ASSAKRAN bin Abdurrahman assagaf-died in hijra821 or 861

    I want this people maximum details hope u will help me
    ahlbaith@yahoo.co.in
    yaseenthangal@gmail.com
    +919895339995, 00919544339995

    ReplyDelete